March 10, 2017

Membangun Masa Depan Papua Melalui Pendidikan





Papua, pulau yang terletak paling timur dari pusat pemerintahan negara Indonesia, sepertinya juga jauh dari perhatian pemerintah. Sejak bergabung dengan Indonesia tahun 1962, daerah ini seperti dianaktirikan. Kekayaan alamnya diambil untuk pembangunan daerah di Indonesia, tetapi manusianya diabaikan.

Saya pernah bekerja dan tinggal di daerah Pegunungan Tengah Papua, daerah yang baru mengenal peradaban manusia modern sejak tahun 1960, sejak misionaris Kristen dari Belanda datang ke tempat ini. Selama bekerja di bidang manajemen sumber daya manusia, saya takjub saat mengetahui banyak orang Papua usia produktif dari tujuh suku yang tinggal di desa-desa sekitar Site tempat saya bekerja ternyata buta huruf. Karena buta huruf, tentu saja Perusahaan tidak bisa menerima mereka sebagai karyawan. Akibatnya mereka sering demo meminta pekerjaan.


Amungme boy

Papua memang seperti terabaikan. Baru pada pemerintahan presiden ke tujuh, Joko Widodo, pulau di ujung timur Indonesia ini mulai dilirik dan mulai diadakan pembangunan. Presiden tidak hanya membangun infra struktur yang bersifat fisik, tetapi juga membangun manusia Papua, terutama anak-anak Papua sebagai generasi penerus. Kesulitan yang dihadapi orang-orang Papua adalah selain akses yang sulit untuk dijangkau, masalah transportasi karena kontur alam,  juga kekurangan sumber daya manusia yang kompeten dan fasilitas pendidikan.


writer with Kamoro Man in his traditional accesories 


Sementara sebagian besar orang Indonesia hanya menyalahkan pada satu perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di dunia saat melihat kemiskinan dan ketertinggalan Papua, ada beberapa orang muda yang terpanggil untuk memberikan kontribusi nyata kepada warga Papua. Jauh sebelum Presiden Joko Widodo mulai memperhatikan Papua, ada beberapa gerakan dari masyarakat di luar Papua yang peduli untuk meningkatkan mutu generasi muda Papua, terlebih anak-anak yang ada di Pegunungan Tengah.




Berikut adalah beberapa orang atau pun gerakan masyarakat yang dengan kepeduliannya dengan modal swadaya masyarakat memberantas kemiskinan dan membangun Papua melalui pendidikan.
  • 1.      Gerakan Buku untuk Papua

Gerakan ini didirikan oleh seorang pemuda non Papua bernama Dayu Rifanto yang pernah menikmati masa kecilnya di Papua sebelum pindah ke Jakarta untuk kuliah dan bekerja. Ide awal didirikan organisasi ini adalah saat sang pendiri ingin membantu temannya Longginus Pekei seorang guru di PAUD Nabire ingin mempunyai Rumah Baca tetapi kesulitan untuk mendapatkan buku. Semula gerakan ini hanya ada di satu kota Jakarta dan diikuti teman-teman pendiri yang berasal dari Papua, tetapi lama kelamaan melalui kampanye di media sosial seperti facebook, twitter dan instagram banyak anak muda di kota-kota di Indonesia yang tertarik untuk bergabung.

Kurang lebih sejak dua tahun lalu Buku Untuk Papua sudah mempunyai banyak perwakilian di beberapa kota di Indonesia. Banyak perpustakaan sederhana yang sudah dibangun di beberapa kota di Papua. 

Gerakan ini sesuai namanya bertujuan untuk menyediakan buku (bekas atau pun baru) kepada pelajar Papua dengan mengumpulkan buku-buku dari penyumbang dan membangun perpustakaan sederhana di beberapa daerah di Papua.  Buku untuk Papua mempunyai moto Sebuah Buku, Bangkitkan Papua. Mengapa buku? Karena di Papua sulit untuk menemukan buku pelajaran. Kalaupun ada harganya sangat mahal dibandingkan dengan harga buku di Pulau Jawa.

Organisasi yang berawal dari sebuah gerakan solidaritas ini, berkembang karena kreatif menggunakan media sosial. Mereka juga mempunya cara kreatif untuk mendapatkan donasi buku, seperti antara lain mengadakan kelas cerdas. Kelas cerdas adalah kegiatan berbagi ilmu dari nara sumber yang kompeten. Peserta Kelas Cerdas tidak harus membayar biaya pelatihan, tetapi mereka disarankan membawa buku bekas yang masih layak baca untuk disumbangan dan didistribusikan ke rumah baca di Papua. Saya penah sekali menjadi pembicara di Kelas Cerdas untuk berbagi tentang menulis kreatif , ternyata peminatya lumayan banyak karena mereka senang selain mendapat pengetahuan baru juga bisa membantu teman-teman di Papua.



Writer sharing her knowledge and experience about creative writing


One of the participants is from Papua and he got scholarship to study in UK



  • 2.      Indonesia Mengajar dan Festival Gerakan Indonesia Mengajar

Indonesia Mengajar merupakan yayasan yang bertujuan mencerdaskan manusia Indonesia terutama yang terletak di daerah pedalaman agar mempunyai mutu pendidikan yang sama seperti kota-kota besar. Setiap tahunnya Indonesia Mengajar melakukan perekrutan Pengajar Muda yang dipilih dengan standar yang tinggi. Mereka yang terpilih sebagai pengajar muda, tidak hanya cerdas, tetapi juga mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat di daerah tempat mereka ditempatkan selama setahun. Sebelum mengajar, para lulusan S1 ini diberikan bekal psikologi dan cara mengajar (pedagogi) yang efektif.

Selain itu untuk menjaring banyak donatur, di tahun 2013 Yayasan Indonesia Mengajar mengadakan Festival Gerakan Indonesia Mengajar yang berhasil mendatangkan ribuan relawan untuk menyumbang dan membuat fasilitas dan alat bantu pendidikan yang dikirimkan ke daerah-daerah terpencil di Indonesia, termasuk di Papua.





Indonesia Mengajar juga mempunyai kegiatan lain bernama Kelas Inspirasi Kelas Inspirasi tujuannya adalah memberikan motivasi kepada siswa Sekolah Dasar untuk berani mempunyai cita-cita dan meraih cita-cita tersebut dengan mendatangkan relawan profesional di bidang masing-masing untuk menceritakan profesi mereka, pendidikan dan bagaimana mencapai cita-cita. Kelas Inspirasi semula hanya diadakan di Jakarta tetapi sekarang sudah ada di banyak kota termasuk kota-kota di Papua, seperti Merauke, Jayapura dan Fak Fak.

  • 3.      Guru untuk Puncak Jaya

Puncak Jaya, daerah di ketinggian dan terpencil, di Papua, nyaris terbelakang karena tidak ada guru dari daerah lain yang mau mengajar di sana. Kebanyakan guru pemerintah yang ditempatkan di sana tidak betah, selain karena beda budaya juga karena gaji yang tidak mencukupi dibandingkan biaya hidup di Papua yang sangat tinggi. Biasanya tentara yang menjaga keamanan juga berperan sebagai guru. Sekitar tiga tahun lalu pemerintah daerah bekerjasama dengan UGM mulai mengadakan perekrutan guru dari seluruh daerah di Indonesia untuk ditempatkan mengajar di Puncak Jaya.

Selain gerakan atau organisasi di atas, ada beberapa istri karyawan dari Perusahaan Tambang Emas dan Tembaga Freeport yang memberikan pendidikan kepada anak-anak di desa-desa terdekat seperti Kimbeli, Aroanop, Banti dan Opitawak. Para ibu ini selain memberikan pendidikan dasar kepada anak-anak, juga memberikan pendidikan dasar ke perempuan dewasa Papua. 

Mereka juga membantu mengembangkan para Ibu Papua di desa-desa tersebut untuk berwiraswasta dengan membuat noken yang dibantu penjualannya. Sudah bukan rahasia lagi, istri atau perempuan dalam masyarakat Papua mempunyai tanggung jawab yang berat. Mereka harus menyiapkan masakan, mencari kayu bakar, mengurus kebun, merawat anak dan babi. Selain itu di sela –sela kegiatan mereka yang sibuk, mereka masih sempat membuat noken untuk konsumsi sendiri yang digunakan untuk membawa kayu, hasil kebun, babi atau pun anak mereka, digunakan suami atau untuk dijual.

Perusahaan Tambang Emas dan Tembaga Freeport pun sebenarnya sudah memberikan donasi kepada Lembaga Swadaya Masyarakat LEMASA di Timika sejak tahun 1996 untuk membangun masyarakat terutama generasi muda Suku Amungme dan Kamoro. Donasi itu diberkan berupa beasiswa bulanan, dukungan kegiatan pengembangan kebudayaan dan pembangunan sekolah. Selain itu untuk mengembangkan ekonomi mereka, mereka diajarkan bercocok tanam seperti contohnya kopi Amungme.

Masyarakat Papua, terutama yang tinggal di pegunungan sebelumnya terbiasa barter untuk mendapatkan barang. Mereka terbilang baru mengenal uang terutama sejak ada perusahaan-perusahaan di sekitar tempat mereka tinggal. Mereka belum pandai mengelola uang. Sudah bukan pemandangan yang aneh jika kita melihat laki-laki dewasa Papua tertidur di pinggir jalan di pasar dalam keadaan mabuk. Entah mereka karyawan atau penambang emas liar di Kali Kabur, mereka akan berfoya-foya dengan minuman alkohol saat menerima uang. Akibat buruk dari alcohol itu adalah kekerasan dalam rumah tangga.

Saya kira pendidikan adalah cara efektif untuk mengubah masa depan dan eskalasi sosial terbaik. Daripada hanya mengeluh kepada pemerintah, lebih baik bertindak nyata memberikan kontribusi semampu kita.


#Papua #Pendidikan #TellMyStory

No comments:

Post a Comment

Let it go - Menanggapi fenomena pelakor

Entah karena ada medsos atau memang angka perselingkuhan makin tinggi, kenapa akhir2 ini makin banyak perselingkuhan. Entah karena per...