Papua, pulau yang terletak paling timur dari
pusat pemerintahan negara Indonesia, sepertinya juga jauh dari perhatian
pemerintah. Sejak bergabung dengan Indonesia tahun 1962, daerah ini seperti
dianaktirikan. Kekayaan alamnya diambil untuk pembangunan daerah di Indonesia,
tetapi manusianya diabaikan.
Saya pernah bekerja dan tinggal di daerah
Pegunungan Tengah Papua, daerah yang baru mengenal peradaban manusia modern
sejak tahun 1960, sejak misionaris Kristen dari Belanda datang ke tempat ini.
Selama bekerja di bidang manajemen sumber daya manusia, saya takjub saat
mengetahui banyak orang Papua usia produktif dari tujuh suku yang tinggal di
desa-desa sekitar Site tempat saya bekerja ternyata buta huruf. Karena buta
huruf, tentu saja Perusahaan tidak bisa menerima mereka sebagai karyawan. Akibatnya
mereka sering demo meminta pekerjaan.
|
Amungme boy |
Papua memang seperti terabaikan. Baru pada
pemerintahan presiden ke tujuh, Joko Widodo, pulau di ujung timur Indonesia ini
mulai dilirik dan mulai diadakan pembangunan. Presiden tidak hanya membangun
infra struktur yang bersifat fisik, tetapi juga membangun manusia Papua,
terutama anak-anak Papua sebagai generasi penerus. Kesulitan yang dihadapi
orang-orang Papua adalah selain akses yang sulit untuk dijangkau, masalah
transportasi karena kontur alam, juga
kekurangan sumber daya manusia yang kompeten dan fasilitas pendidikan.
|
writer with Kamoro Man in his traditional accesories |
Sementara sebagian besar orang Indonesia hanya
menyalahkan pada satu perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di dunia
saat melihat kemiskinan dan ketertinggalan Papua, ada beberapa orang muda yang
terpanggil untuk memberikan kontribusi nyata kepada warga Papua. Jauh sebelum
Presiden Joko Widodo mulai memperhatikan Papua, ada beberapa gerakan dari
masyarakat di luar Papua yang peduli untuk meningkatkan mutu generasi muda
Papua, terlebih anak-anak yang ada di Pegunungan Tengah.
Berikut adalah beberapa orang atau pun gerakan
masyarakat yang dengan kepeduliannya dengan modal swadaya masyarakat
memberantas kemiskinan dan membangun Papua melalui pendidikan.
- 1.
Gerakan ‘Buku untuk Papua’
Gerakan ini
didirikan oleh seorang pemuda non Papua bernama Dayu Rifanto yang pernah
menikmati masa kecilnya di Papua sebelum pindah ke Jakarta untuk kuliah dan
bekerja. Ide awal didirikan organisasi ini adalah saat sang pendiri ingin membantu
temannya Longginus Pekei seorang guru di PAUD Nabire ingin mempunyai Rumah Baca
tetapi kesulitan untuk mendapatkan buku. Semula gerakan ini hanya ada di satu
kota Jakarta dan diikuti teman-teman pendiri yang berasal dari Papua, tetapi lama
kelamaan melalui kampanye di media sosial seperti facebook, twitter dan
instagram banyak anak muda di kota-kota di Indonesia yang tertarik untuk
bergabung.
Kurang lebih sejak
dua tahun lalu ‘Buku Untuk Papua’ sudah mempunyai banyak perwakilian di beberapa
kota di Indonesia. Banyak perpustakaan sederhana yang sudah dibangun di beberapa kota di Papua.
Gerakan ini sesuai
namanya bertujuan untuk menyediakan buku (bekas atau pun baru) kepada pelajar
Papua dengan mengumpulkan buku-buku dari penyumbang dan membangun perpustakaan
sederhana di beberapa daerah di Papua. Buku
untuk Papua mempunyai moto ‘Sebuah Buku,
Bangkitkan Papua’. Mengapa buku?
Karena di Papua sulit untuk menemukan buku pelajaran. Kalaupun ada harganya
sangat mahal dibandingkan dengan harga buku di Pulau Jawa.
Organisasi yang
berawal dari sebuah gerakan solidaritas ini, berkembang karena kreatif
menggunakan media sosial. Mereka juga mempunya cara kreatif untuk mendapatkan
donasi buku, seperti antara lain mengadakan kelas cerdas. Kelas cerdas adalah
kegiatan berbagi ilmu dari nara sumber yang kompeten. Peserta Kelas Cerdas
tidak harus membayar biaya pelatihan, tetapi mereka disarankan membawa buku
bekas yang masih layak baca untuk disumbangan dan didistribusikan ke rumah baca
di Papua. Saya penah sekali menjadi pembicara di Kelas Cerdas untuk berbagi
tentang menulis kreatif , ternyata peminatya lumayan banyak karena mereka
senang selain mendapat pengetahuan baru juga bisa membantu teman-teman di
Papua.
|
Writer sharing her knowledge and experience about creative writing |
|
One of the participants is from Papua and he got scholarship to study in UK |
- 2.
Indonesia Mengajar dan Festival Gerakan
Indonesia Mengajar
Indonesia
Mengajar merupakan yayasan yang bertujuan mencerdaskan manusia Indonesia
terutama yang terletak di daerah pedalaman agar mempunyai mutu pendidikan yang
sama seperti kota-kota besar. Setiap tahunnya Indonesia Mengajar melakukan perekrutan
Pengajar Muda yang dipilih dengan standar yang tinggi. Mereka yang terpilih
sebagai pengajar muda, tidak hanya cerdas, tetapi juga mempunyai kepedulian
yang tinggi terhadap masyarakat di daerah tempat mereka ditempatkan selama
setahun. Sebelum mengajar, para lulusan S1 ini diberikan bekal psikologi dan
cara mengajar (pedagogi) yang efektif.
Selain itu untuk
menjaring banyak donatur, di tahun 2013 Yayasan Indonesia Mengajar
mengadakan Festival Gerakan Indonesia Mengajar yang berhasil mendatangkan
ribuan relawan untuk menyumbang dan membuat fasilitas dan alat bantu pendidikan
yang dikirimkan ke daerah-daerah terpencil di Indonesia, termasuk di Papua.
Indonesia
Mengajar juga mempunyai kegiatan lain bernama ‘Kelas Inspirasi’ Kelas Inspirasi tujuannya adalah memberikan
motivasi kepada siswa Sekolah Dasar untuk berani mempunyai cita-cita dan meraih
cita-cita tersebut dengan mendatangkan relawan profesional di bidang
masing-masing untuk menceritakan profesi mereka, pendidikan dan bagaimana
mencapai cita-cita. Kelas Inspirasi semula hanya diadakan di Jakarta tetapi
sekarang sudah ada di banyak kota termasuk kota-kota di Papua, seperti Merauke,
Jayapura dan Fak Fak.
- 3.
Guru untuk Puncak Jaya
Puncak Jaya,
daerah di ketinggian dan terpencil, di Papua, nyaris terbelakang karena tidak
ada guru dari daerah lain yang mau mengajar di sana. Kebanyakan guru pemerintah
yang ditempatkan di sana tidak betah, selain karena beda budaya juga karena
gaji yang tidak mencukupi dibandingkan biaya hidup di Papua yang sangat tinggi. Biasanya
tentara yang menjaga keamanan juga berperan sebagai guru. Sekitar tiga tahun
lalu pemerintah daerah bekerjasama dengan UGM mulai mengadakan perekrutan guru dari seluruh daerah di Indonesia untuk
ditempatkan mengajar di Puncak Jaya.
Selain gerakan
atau organisasi di atas, ada beberapa istri karyawan dari Perusahaan Tambang
Emas dan Tembaga Freeport yang memberikan pendidikan kepada anak-anak di
desa-desa terdekat seperti Kimbeli, Aroanop, Banti dan Opitawak. Para ibu ini
selain memberikan pendidikan dasar kepada anak-anak, juga memberikan pendidikan
dasar ke perempuan dewasa Papua.
Mereka juga membantu mengembangkan para Ibu
Papua di desa-desa tersebut untuk berwiraswasta dengan membuat noken yang
dibantu penjualannya. Sudah bukan rahasia lagi, istri atau perempuan dalam
masyarakat Papua mempunyai tanggung jawab yang berat. Mereka harus menyiapkan
masakan, mencari kayu bakar, mengurus kebun, merawat anak dan babi. Selain itu
di sela –sela kegiatan mereka yang sibuk, mereka masih sempat membuat noken
untuk konsumsi sendiri yang digunakan untuk membawa kayu, hasil kebun, babi
atau pun anak mereka, digunakan suami atau untuk dijual.
Perusahaan
Tambang Emas dan Tembaga Freeport pun sebenarnya sudah memberikan donasi kepada
Lembaga Swadaya Masyarakat LEMASA di Timika sejak tahun 1996 untuk membangun masyarakat terutama
generasi muda Suku Amungme dan Kamoro. Donasi itu diberkan berupa beasiswa
bulanan, dukungan kegiatan pengembangan kebudayaan dan pembangunan sekolah.
Selain itu untuk mengembangkan ekonomi mereka, mereka diajarkan bercocok tanam
seperti contohnya kopi Amungme.
Masyarakat Papua,
terutama yang tinggal di pegunungan sebelumnya terbiasa barter untuk
mendapatkan barang. Mereka terbilang baru mengenal uang terutama sejak ada
perusahaan-perusahaan di sekitar tempat mereka tinggal. Mereka belum pandai
mengelola uang. Sudah bukan pemandangan yang aneh jika kita melihat laki-laki
dewasa Papua tertidur di pinggir jalan di pasar dalam keadaan mabuk. Entah
mereka karyawan atau penambang emas liar di Kali Kabur, mereka akan
berfoya-foya dengan minuman alkohol saat menerima uang. Akibat buruk dari alcohol
itu adalah kekerasan dalam rumah tangga.
Saya kira pendidikan
adalah cara efektif untuk mengubah masa depan dan eskalasi sosial terbaik. Daripada
hanya mengeluh kepada pemerintah, lebih baik bertindak nyata memberikan
kontribusi semampu kita.
#Papua #Pendidikan #TellMyStory
No comments:
Post a Comment